Dalam dunia investasi, banyak orang mencari cara untuk menghasilkan passive income—pemasukan yang terus mengalir tanpa harus bekerja aktif setiap hari. Salah satu strategi yang terbukti efektif adalah dividen investing, khususnya dengan berfokus pada saham blue-chip.

Tapi, pertanyaan besarnya adalah:
“Benarkah dividen investing lebih menguntungkan dibandingkan strategi lain seperti growth investing atau trading?”

Sebagai seorang profesor yang telah meneliti pasar keuangan dan personal branding selama lebih dari 15 tahun, saya akan membongkar strategi ini secara mendalam—mulai dari keunggulan, risiko, hingga cara memilih saham dividen terbaik.

Apa Itu Dividen Investing?

Saham blue-chip (perusahaan besar dengan fundamental kuat seperti BBCA, UNVR, atau TLKM) sering menjadi pilihan utama karena:
✅ Stabilitas keuangan yang tinggi.
✅ Pembayaran dividen rutin (biasanya setiap kuartal/tahunan).
✅ Potensi kenaikan harga saham dalam jangka panjang.

Dividen Investing vs Growth Investing: Mana Lebih Baik?
Berikut perbandingannya:

Parameter Dividen Investing Growth Investing
Tujuan Passive income rutin Kenaikan harga saham
Risiko Relatif rendah Lebih tinggi
Likuiditas Fleksibel Tergantung pasar
Contoh Saham UNVR, PGAS EMTK, BREN
Kesimpulan:

Jika Anda ingin arus kas stabil, dividen investing lebih cocok.

Jika Anda mau pertumbuhan cepat, growth investing bisa jadi pilihan (tapi lebih berisiko).

3 Rahasia Memilih Saham Dividen Terbaik
Tidak semua saham yang bagi dividen itu bagus. Berikut kriteria saham dividen berkualitas menurut penelitian saya:

1. Dividend Yield Optimal (4-8%)
Hindari yield terlalu tinggi (>10%), karena bisa menandakan perusahaan bermasalah.

Contoh: Bank BCA (BBCA) konsisten bagi dividen dengan yield ~3-5%.

3. Fundamental Kuat (DER <1, ROE >15%)
Debt to Equity Ratio (DER) rendah menandakan perusahaan tidak terbebani utang.

Return on Equity (ROE) tinggi menunjukkan efisiensi perusahaan.

Studi Kasus: Dividen Investing di Pasar Saham Indonesia
Saya menganalisis data 10 tahun terakhir dan menemukan fakta menarik:

🔹 Saham growth seperti BREN atau EMTK bisa meledak 100% dalam setahun, tetapi juga lebih fluktuatif.

Contoh Perhitungan:
Jika Anda investasi Rp100 juta di saham UNVR (dividen yield 5% per tahun), maka:

Dividen per tahun: Rp5 juta (tanpa perlu jual saham).

Capital gain jika harga naik 10%: Rp110 juta (total return Rp15 juta/tahun).

Kekurangan Dividen Investing yang Sering Diabaikan
Pajak Dividen 10% – Return sedikit berkurang.

Harga Saham Bisa Stagnan – Tidak se-spektakuler saham growth.

Dividen Bisa Dipotong Jika Perusahaan Rugi – Contoh: saham PGAS sempat memotong dividen saat kinerja turun.

Strategi Hybrid: Gabungkan Dividen & Growth
Berdasarkan riset saya, investor cerdas biasanya menggunakan strategi hybrid:

70% portofolio di saham dividen (stabilitas).

30% portofolio di saham growth (potensi cuan besar).

Contoh portofolio:

Dividen Stocks: BBCA, UNVR, TLKM

Growth Stocks: BREN, EMTK, ARTO

Kesimpulan: Dividen Investing = Passive Income Paling Aman?
✅ Kelebihan: Arus kas stabil, risiko rendah, cocok untuk pensiun.
❌ Kekurangan: Tidak se-agresif trading/growth investing.

Rekomendasi Prof. Nirman:

Jika Anda ingin passive income jangka panjang, fokuslah pada saham blue-chip dividen.

Jika Anda mau keuntungan cepat, kombinasikan dengan growth stocks.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *